Jakarta Rakyat-Demokrasi.Org,Hutang Indonesia bukan salah Presiden Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Mega, SBY, Jokowi, tapi warisan kolonial Belanda. Bank Dunia telah merilis laporan International Debt Statistics (IDS) 2021 atau Statistik Utang Internasional, Selasa (13/10/2020).
Dalam laporan itu, Indonesia masuk ke dalam daftar 10 negara berpendapatan kecil-menengah dengan utang luar negeri terbesar du dunia. Indonesia menempati posisi ke-7 dari daftar 10 negara berpendapatan kecil-menengah. Posisi pertama di tempati China, lalu ke-2 Brasil, dan ke-3 India, ke-4 Rusia, posisi ke-5 adalah Meksiko, ke-6 Turki, ke-8 Argentina, ke-9 Afrika Selatan, dan terakhir Thailand.Posisi utang luar negeri yang dicatat Bank Dunia dalam IDS 2021 itu sampai tahun 2019.
Namun, negara dengan utang terbesar di dunia ditempati Amerika Serikat menembus Rp 782 Ribu trilyun, hingga Presiden Trump dijuluki King of Debt atau Raja Hutang Dunia.
Dari Infografis hutang negara-negara di dunia AS memiliki persentase 31 persen, sepertiga utang di dunia. Indonesia hanya 0,3 persen. Persentase hutang dengan Pendapatan Brutto
#1 ???????? Amerika Serikat 104.3%
#2 ???????? Jepang 237.1%
#3 ???????? China 50.6%
#4 ???????? Itali 132.2%
#5 ???????? Perancis 98.4%
#6 ???????? Inggris 86.8%
#7 ???????? Jerman 61.7%
#8 ???????? India 68.1%
#9 ???????? Brazil 87.9%
#10 ???????? Kanada 89.9%
Dalam catatan Bank Dunia, posisi utang luar negeri Indonesia pada tahun 2019 mencapai US$ 402,08 miliar atau sekitar Rp 5.940 triliun (kurs Rp 14.775). Angka tersebut naik tipis (5,9%) dari posisi utang luar negeri di tahun 2018 yakni US$ 379,58 miliar atau sekitar Rp 5.608 triliun dengan nominal nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang sama.
Dari zaman Orde Lama, Orde Baru hingga Reformasi, masalah paling pelik bagi Indonesia adalah utang luar negeri. Sampai sekarang masih belum jelas bagaimana Indonesia bisa melunasi utang-utangnya walau setiap negara di dunia ini pastilah memiliki utang.Lantas darimana datangnya utang luar negeri Indonesia itu? Menteri Keuangan Sri Mulyani kemudian membongkar asal usul hutang Indonesia dari masa ke masa. Menkeu menyebut Indonesia sudah dihadapkan pada kondisi berhutang sejak tahun 1945.
Bukan salah Soekarno, Soeharto dan presiden lainnya pasalnya utang Indonesia ada gegara negara Belanda yang sebelumnya menjajah Indonesia. Bisa jadi ini merupakan keputusan dari Konferensi Meja Bundar (KMB) dimana kerugian-kerugian saat Agresi Militer I dan II Belanda ditanggung oleh Indonesia. "Dari tahun 1945 sampai 1949 Indonesia masih terus berada dalam situasi intimidasi, konfrontasi, bahkan agresi Belanda. Itu kondisi politik, militer, keamanan, dan ekonomi tidak pasti," ujar Sri Mulyani saat memberikan paparan dalam Pembukaan Ekspo Profesi Keuangan, Senin (12/10/2020).
Sejak Belanda angkat kaki dari republik, Amsterdam sudah mewariskan perekonomian bobrok dan utang kepada Indonesia. "Saat mulai pemerintahan ini untuk jadi merdeka. Kita tidak memiliki semua harta kekayaan. Harta kekayaan yang ada rusak karena perang, seluruh dan investasi sebelumnya yang dibukukan oleh Belanda menjadi investasi pemerintah Indonesia," jelasnya.
GDP Indonesia saat awal kemerdekaan masih sangat kecil. Utangnya menjadi utang Indonesia, sedangkan warisan uang tunai cash dari Belanda hanya sekitar Rp15.8 triliun. Jumlah yang sangat kecil karena Indonesia masih harus menghadapi berbagai pemberontakan dalam negeri hingga membiayai operasi militer Trikora dan Dwikora.
Sri Mulyani juga membeberkan jika perekonomian Indonesia saat itu berjalan dengan defisit APBN. Pembiayaan tidak melalui penjualan Surat Berharga Negara (SBN), namun malah meminta Bank Indonesia mencetak uang hingga menyebabkan inflasi. "Yang terjadi kemudian jumlah uang beredar lebih banyak dari suasana kondisi perekonomian, sehingga inflasi meningkat luar biasa besar,” jelasnya.
Beranjak ke Orde Baru semua utang Indonesia untuk mempercepat pembangunan karena Orde Lama belum bisa menyelesaikan permasalahan warisan Belanda. Tapi nilai tukar rupiah tertekan saat Orde Baru. “Saat terjadi adjustment nilai tukar rupiah, seluruh neraca perusahaan, perbankan, negara, semua alami tekanan karena dalam waktu sehari, berapa jam nilai tukar rupiah berubah tiba-tiba, volatility meningkat, aset tidak meningkat, perusahaan dengan cashflow rupiah dan utang denominasi asing, neraca akan ambyar,” lanjutnya.
Saat era reformasi, dengan dipimpin tiga Presiden, yakni Presiden B.J Habibie (Presiden RI 1998-1999), Abdurrahman Wahid atau Gusdur (Presiden RI 1999-2001) dan Megawati Soekarnoputri (Presiden RI 2001-2004) banyak dikeluarkan peraturan perundang-undangan baru.
Indonesia sudah diterpa berkali-kali badai perekonomian luar biasa beratnya namun masih bisa keluar dari lingkaran itu dan mantap melangkah kedepan. "Kita percaya dengan krisis yang kita hadapi saat ini, bisa untuk mereformasi dan menguatkan Indonesia. Indonesia dihadapkan pada cobaan dan kita bisa lulus jadi lebih baik," kata Menkeu Sri Mulyani optimis.(red)