Jakarta,Rakyat-Demokrasi.Org,",Setiap kali mendengar kabar berpulangnya satu demi satu teman-teman prajurit saya keharibaan Tuhan YME, hati saya disergap rasa haru. Pun hari ini, saya sengaja meluangkan waktu meskipun saya memang sudah berencana untuk tidak sering-sering menghadiri banyak pertemuan di masa pandemi, saya tetap hadir demi mengantarkan salah satu teman seperjuangan saya Almarhum Letkol Infanteri (Purn) Atang Sanjaya yang berpulang tepat di Hari Ulang Tahun TNI ke-75, tanggal 5 Oktober 2020 setelah sebelumnya dirawat hampir 1 bulan lamanya karena sakit.",ujar Luhut Binsar Panjaitan,mengawali kisahnya
",Mungkin terlalu banyak kenangan yang saya alami bersama Letkol Atang sehingga tiba-tiba rasa haru itu hadir dan dengan susah payah saya menahan agar tidak mengeluarkan air mata. Tetapi hati saya tak sanggup lagi menahan perasaan sedih tatkala saya diminta untuk mengucapkan kata sambutan sekaligus melepas jasad kawan terbaik saya di TMP Kalibata, kemarin.",lanjutnya
",Ikatan emosional kami begitu kuat karena saya rasa kami berbagi kenangan bersama akan peristiwa 45 tahun lalu, saat itu kami yang tergabung dalam anggota Grup-1/Parako (Nanggala V) bertempur bersama dalam operasi “Seroja” tanggal 7 Desember 1975 di Timor Timur. Yang paling saya ingat dari sosok Almarhum adalah keberanian dan ketangguhan beliau di setiap operasi militer, meskipun beliau bukan lulusan Akademi Militer.",lebih lanjut
",Kesedihan saya yang lain adalah pertemuan saya terakhir bersama beliau adalah 45 tahun yang lalu. Saya ingat betul sebagai prajurit saling bersaing antar kompi adalah hal yang biasa, namun sebagai lulusan Akademi Militer, saya tentu tidak mau kalah dari Letkol Atang. Tapi pengalaman dan dedikasi beliau dalam setiap operasi militer lah yang membawa beliau pada posisi nya saat ini di Kopassus. Saya teringat momen terakhir sebelum penerjunan ke Dili, Timor Timur. Malam itu waktu menunjukkan pukul 11 malam, suasana memang agak “chaotic” karena ada kunjungan KASAU yang hendak melakukan pengecekan pasukan satu per satu. Kami tetap melakukan persiapan untu Operasi Linud di “marshalling area”, Madiun. Saat itu kami hendak mengambil payung, kemudian Letkol Atang menyapa saya hanya dengan satu kata “KOMANDO!” tidak ada kata lain yang keluar dari mulutnya selain itu. Setelah itu saya mendapat kabar beliau adalah salah satu prajurit yang tertembak di tangan dan kemudian di evakuasi ke Jakarta. Memandang wajah para veteran di setiap pertemuan yang saya hadiri bersama mereka, saya masih melihat semangat yang sama yang pernah hadir 45 tahun lalu saat kita berjuang bersama-sama meskipun rambut mereka sudah memutih dan banyak yang sudah bungkuk. Melihat itu saya seakan diingatkan untuk tidak menodai perjuangan mereka dengan terus mengabdi kepada Ibu Pertiwi. Jumlah kami setiap tahun berkurang, itu pasti. Tetapi satu hal yang akan tetap ada adalah cerita perjalanan hidup kami sebagai prajurit yang seringkali mengingatkan saya bahwa bila sampai hari ini saya masih bisa hidup seperti sekarang dengan pekerjaan dan kehormatan ini, itu semua karena jasa dan pengorbanan teman-teman prajurit yang sudah pergi mendahului saya. Untuk itulah saya selalu berpesan kepada seluruh prajurit Baret Merah untuk selalu menjaga kekompakan lewat semangat persatuan dan kesatuan demi melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara.",tutubnya berkisah(red)