Surabaya, rakyatdemokrasi.org- Buntut dari cekcok wartawan dengan Juru Parkir didepan warung nasi bebek pojokan Jalan Ahmad Jais Surabaya, berdasarkan sumber bahwa pihak Jukir sudah sesuai aturan dan pemotor yang seorang wartawan tidak mau bayar semakin berbuntut panjang.
Berdasarkan informasi yang dikirimkan ke redaksi bahwa pada hari Kamis 1 Agustus 2024 Dinas Perhubungan Kota Surabaya dengan sandi Walet ft Patroli 10.2 Ahmad Jaiz - Undaan telah mengadakan giat pengaduan masyarakat terkait jukir liar yang menyebut oknum dishub inisial A.
Berdasarkan kronologis yang bersumber dari pihak Jukir mengatakan bahwa PJP tidak berkenan membayar retribusi parkir dengan alasan jukir liar, sementara Jukir sudah resmi serta memberikan karcis sebagai bukti pembayaran parkir.
Penarikan tarif juga sesuai. Inisial A yang dimaksud adalah Bapak Agung (Katar). Atas hal itu, petugas memberikan teguran dan saran terhadap Jukir agar selalu memberi pelayanan yang baik terhadap setiap PJP. Video terkait pelapor kami lampirkan.
Namun hal ini malah menimbulkan reaksi dari pihak wartawan, bahwa apa yang disampaikan oleh Jukir tidak sesuai dengan fakta yang dialami.
"Saya tegaskan, bukan tidak mau bayar. Cuman saya lebih pada menegakkan aturan apa yang sudah disampaikan oleh bapak Ery Cahyadi selaku Walikota Surabaya, bahwa jika tidak diberi karcis jangan dibayar." Ujar Achmad Garad yang ternyata sebagai Pimpinan Media Rakyat Demokrasi. Kamis malam 01 Agustus 2024.
"Saya dikasih karcis malah setelah saya selesei dilayani penjual Bebek, soalnya saya belinya bungkus, saya juga berdiri di samping motor saya, justru saya tanyakan karcisnya saat dia minta uang parkir, itupun yang dikasihkan karcis Parkir mobil seharga Rp 5000. Lha saya kan pakai motor." Ungkapnya.
Bahkan menurutnya, foto pihak Dishub yang dikirimkan ke redaksi jelas tak sesuai dengan saat kejadian.
"Yang meminta uang parkir itu memang memakai rompi Jukir, tapi mengaku bernama Ali. Yang ada difoto itu malah memakai pakaian seperti preman dan berusaha memvidiokan saya. Saya ok saja." Imbuhnya.
Pihak yang memakai pakaian preman juga mengakui bahwa dia memang setor ke Dishub.
"Dia menyebut nama Agung, tapi saya pertanyakan lagi Agung siapa, dan jabatanya apa. Tapi dia tak bisa menjawab." Ungkapnya lagi.
Karena merasa tidak sesuai dengan fakta kejadian, pihak wartawan akan membawa persoalan ini ke renah hukum.
"Saya akan lakukan upaya hukum. Jelas ini bukan hanya memfitnah, tapi juga melecehkan profesi serta nama baik saya. Saya akan bawa semua siapa saja yang terlibat meskipun itu dari pihak Dishub selaku pembina. Bukti vidio saya juga lengkap kok." Pungkasnya. (red)