..
Alasan Rasulullah Gak Full Sholat Terawih Berjamaah, Dijawab Gus Baha
Gus Baha

Alasan Rasulullah Gak Full Sholat Terawih Berjamaah, Dijawab Gus Baha

Surabaya, rakyatdemokrasi.org- Sholat tarawih menjadi salah satu ibadah yang khas di bulan Ramadhan. Umat Islam berbondong-bondong ke masjid untuk melaksanakannya, baik delapan rakaat,atau lainnya.

Namun, muncul pertanyaan, apakah Rasulullah Muhammad SAW melaksanakan sholat tarawih selama sebulan penuh atau ada bolongnya?

Ulama ahli tafsir asal Indonesia, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha, memberikan penjelasan yang menarik mengenai hal ini.

Dalam ceramahnya, Gus Baha menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak melaksanakan sholat tarawih secara penuh selama sebulan.

Jika Nabi Muhammad SAW melaksanakan tarawih sebulan penuh, dikhawatirkan umat akan menganggapnya sebagai kewajiban.

Oleh karena itu, Nabi memilih untuk tidak melakukannya secara terus-menerus agar tetap dipahami sebagai ibadah sunnah.

Penjelasan ini disampaikan dalam tayangan video yang dikutip dari kanal YouTube @NASEHATULAMA_83.

Dalam video tersebut, Gus Baha menjelaskan dengan gaya khasnya yang santai dan penuh canda, membuat jamaah tertawa bersama.

Menurut Gus Baha, tarawih merupakan ibadah sunnah yang memiliki keutamaan besar, tetapi bukan suatu kewajiban.

Oleh karena itu, seseorang tidak berdosa jika tidak bisa melaksanakannya secara penuh dalam satu bulan.

Meskipun begitu, bagi masyarakat awam yang mampu melaksanakan tarawih, sebaiknya tetap menjaga konsistensinya selama bulan Ramadhan karena kesempatan ini hanya datang setahun sekali. Dalam sejarahnya, sholat tarawih memang tidak dilakukan Nabi setiap malam secara berjamaah.

Bahkan, Nabi pernah mengerjakan tarawih hanya sampai hari keenam, kemudian melanjutkannya di rumah.

Salah satu alasan utama Nabi melakukan hal ini adalah agar umat Islam tidak mengira bahwa tarawih termasuk dalam kategori ibadah wajib.

Dengan demikian, umat memiliki kebebasan untuk melaksanakannya sesuai kemampuan mereka.

Dalam video pendek di platform YouTube, channel @pati_unus, Gus Baha mengaku selama ini ia tidak pernah sholat tarawih full 30 kali dalam sebulan.

"Kulo dereng nate, traweh Ramadhan ping 30 genep, sewulan, nganti sakniki. Ning ojo ditiru," kata Gus Baha yang artinya dirinya tidak pernah tarawih satu bulan penuh sampai sekarang.

Meski demikian, hal ini jangan sampai ditiru. Gus Baha pun tidak lantas bersembunyi dari masyarakat saat tidak berjamaah tarawih, bahkan tetangga pun mengetahui apa yang dilakukan ulama ini.

"Yo mboten ndelik, nggih biasa tonggo sami ngertos kulo mboten tarawih (ya tidak sembunyi, juga biasa tetangga sama tau saya tidak terawih)," ujarnya.

Bahkan orang-orang tahu jika dirinya bukan benci terhadap ibadah spesial tersebut.

Menurutnya, hal tersebut karena sunnah para nabi dan para wali, di mana tarawih tidak dilakukan satu bulan penuh.

Alasannya, jika sampai dilakukan selama penuh maka nanti dikira wajib, padahal sholat ini tergolong sunnah. teraweh.

"Banyak umat Islam sing kepengin tarawih ora iso tarawih," kata Gus Baha yang artinya banyak umat muslim yang ingin terawih tapi tidak bisa terawih.

"Nak nganti ulama kabeh majibno tarawih, Ramadhan pisan lho ra tarawih sing kepengin teraweh pirang-pirang. Iku nak nganti dadi konsensus elek separuh wong Islam dihukumi elek," ujarnya.

Dalam keterangannya, Nabi Muhammad SAW tarawih sampai hari ke-6, yang kemudian Nabi sholat di rumah.

Keputusan Nabi untuk tidak tarawih penuh sebulan justru memberikan kelonggaran bagi umat Islam agar bisa menjalankan ibadah dengan lebih fleksibel sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Dalam kesimpulannya, sholat tarawih adalah ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan, tetapi tetap bersifat sunnah.

Nabi Muhammad sendiri tidak melakukannya secara penuh dalam satu bulan, sebagai bentuk kasih sayang kepada umatnya agar tidak merasa terbebani.

Gus Baha pun mencontohkan hal ini dalam kehidupannya. Bagi masyarakat biasa, menjalankan tarawih penuh tentu menjadi ladang pahala, tetapi bagi ulama dan mereka yang memiliki pemahaman mendalam, ada kebijaksanaan tersendiri dalam menyikapi ibadah ini.

Yang terpenting adalah memahami bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kemudahan. Ibadah harus dilakukan dengan kesadaran dan keikhlasan, bukan karena keterpaksaan atau tekanan sosial.

Dengan demikian, setiap Muslim bisa menjalankan ibadah dengan tenang, sesuai dengan kemampuannya, tanpa merasa bersalah atau terbebani dengan sesuatu yang sebenarnya tidak diwajibkan. (Rd/L6)

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul


Sebelumnya Gagal Bawa Timnas Garuda Muda, PSSI Resmi Pecat Indra Sjafri
Selanjutnya Waktu Yang Tepat Melaksanakan Zakat Fitrah Dan Besaran Nilainya
Menyalinkode AMP MenyalinHarap perbaharui berkas ads.txt anda dengan baris-baris MGID. mgid.com, 691335, DIRECT, d4c29acad76ce94f
[Menyalin] kode AMP