..
Mengenang Lupa,Banser Penjaga Gereja,Penjaga Kebhinekaan

Mengenang Lupa,Banser Penjaga Gereja,Penjaga Kebhinekaan

Mojokerto,Rakyat-Demokrasi.Org Tepat tanggal 27 Desember 2020,itu berarti sudah 20 tahun lalu seorang anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) bernama Riyanto di kota Mojokerto telah membuktikan aksi kemanusiaannya untuk menyelamatkan para jemaat Gereja Eben Haezer yang kala itu sedang mengikuti Malam Kebaktian Natal dari ledakan bom.

Jika tidak ada sosok Riyanto pada malam itu, mungkin akan lebih banyak korban jiwa yang berjatuhan karena setidaknya akan ada 2 bom yang akan diledakkan pada malam itu.

Aksi kepahlawanan Riyanto itulah yang pada akhirnya menginspirasi banyak orang dan kalangan bahwa apa yang telah dilakukannya bukan hanya sekedar aksi menyelamatkan nyawa para jemaat Gereja Eben Haezer saja, melainkan juga sebagai simbol totalitas Riyanto terhadap kebhinnekaan dan kemanusiaan.

Iryanto Susilo, pendiri Roemah Bhinneka sekaligus penggagas kunjungan dan ziarah ke makam Alm. Riyanto dan Gereja Eben Haezer mengatakan apabila kunjungan ziarah kali ini adalah aksi untuk melawan lupa aksi pembelaan kebhinnekaan dan kemanusiaan yang dilakukan oleh Alm. Riyanto 20 tahun yang lalu. Kendati di situasi pandemi seperti sekarang ini, para peziarah yang tampak lebih dari 50 orang tersebut tetap antusias menghadiri makam Alm. Riyanto dengan protokol kesehatan penuh dari Satgas COVID-19 kota Mojokerto hingga dibagi tiga kelompok untuk masuk dan keluar bergantian di lingkungan makam tersebut.

Selain untuk protokol kesehatan, salah satu alasan lain adalah karena lingkungan makam tersebut juga kecil dan tidak bisa banyak orang masuk sekaligus.

Pembagian kelompok yang masuk di lingkungan makam tersebut antara lain kelompok pertama adalah Perhimpunan Indonesia Tionghoa Jawa Timur (INTI Jatim), kelompok kedua dari Roemah Bhinneka dan lintas agama, dan kelompok ketiga dari perkumpulan Alumni SMA/K Surabaya Bersatu (ASSB) dan HumanityforAll.

Ketika kelompok dari Roemah Bhinneka memasuki lingkungan makam Alm. Riyanto, Gus Ipung selaku Ketua Pimpinan Cabang Ansor Kota Mojokerto menyambut rombongan dan menceritakan kronologi peristiwa yang dilakukan oleh Alm. Riyanto sekaligus bercerita tentang sosok pribadi Alm. Riyanto ketika waktu masih hidup juga. "Saya sungguh bersyukur, 20 tahun sudah berlalu tentang apa yang dilakukan oleh Alm. Riyanto namun tetap membawa semangat untuk melawan lupa bagi para rombongan yang hadir di sini.", demikian yang dikatakan Gus Ipung.

Gus Ipung juga menjelaskan bahwa,"Sosok Riyanto adalah sosok yang membawa warna lain di Banser dari hidup sampai meninggalnya.Riyanto adalah wujud Banser yang benar-benar menunjukkan toleransinya terhadap kemanusiaan dan kebhinnekaan." Gus Ipung juga menambahkan bahwa K. H. Abdurrahman Wahid (biasa disebut Gus Dur) ketika menjadi Presiden, pernah ke makam alm. Riyanto ini untuk berziarah.

Selain Gus Ipung, Pdt. Andri Purnawan dari GKI Darmo Satelit Surabaya sekaligus mewakili Roemah Bhinneka mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Alm. Riyanto adalah benar-benar tindakan seorang pahlawan. Jikalau dibandingkan dengan peristiwa Bom Surabaya tahun 2018, para "korban" bom tersebut adalah tetap sebagai "korban peristiwa" bom tersebut namun tidak pada sosok Alm. Riyanto."Bagaimanapun Riyanto adalah sosok yang dengan sengaja mau mengorbankan dirinya demi orang lain, mirip seperti Yesus Kristus yang dengan sengaja rela menyerahkan nyawanya bagi orang lain tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongannya.", demikian tegas Pdt. Andri Purnawan.

Tak hanya berhenti di situ saja, rombongan yang juga terdiri dari PC Ansor Mojokerto, Satkorcab Banser Kota Mojokerto, GUSDURian Mojokerto, GUSDURian Sidoarjo, GUSDURian Gerdu Surabaya, GKJW Jemaat Wates Mojokerto, perwakilan Umat Buddha Surabaya, perwakilan umat Katolik dari Paroki St. Stefanus Surabaya, dan masih banyak lainnya menutup acara di makam dengan menabur bunga di pusara makam Alm. Riyanto. Setelah tabur bunga, dengan alasan protokol kesehatan juga, rombongan dipisah menjadi dua kelompok dan saling bergantian mengunjungi.

Ada kelompok yang melanjutkan perjalanan ke rumah orang tua Alm. Riyanto dan ada pula kelompok yang langsung ke Gereja Eben Haezer. Di Gereja Eben Haezer, rombongan disambut oleh Pdt. Rudy yang kala itu juga menjadi saksi hidup dari aksi heroik Alm. Riyanto. "Ketika Kebaktian Malam Natal 20 tahun yang lalu, saya tidak menyangka bahwa setidaknya ada 2 bom yang akan meledak di gereja ini. Pertamanya tidak ada yang curiga kalau ada orang yang menaruh benda semacam kotak di lantai bangku bagian belakang sampai-sampai seorang Riyanto yang peka dan mengecek kotak tersebut dan ia segera mengambil dan berlari ke selokan. Namun nahas, sebelum sampai di selokan, bom tersebut sudah meledak.", demikian cerita Pdt. Rudy.

Dirinya juga menambahkan,"Ketika bom yang berada di bagian bangku belakang sudah meledak, para jemaat sudah keluar dari gereja mengamankan diri masing-masing, tetapi rupanya masih ada 1 bom yang belum meledak di bangku bagian depan dan meledak ketika sudah tidak ada jemaat lagi. Saya tidak bisa membayangkan kalau tidak ada sosok Riyanto pada waktu itu.", demikian imbuhnya.

Di rumah orang tua Alm. Riyanto, para rombongan juga diterima dengan sangat baik. Orang tua Alm. Riyanto juga merasa bahagia dan bangga apabila anaknya dapat menjadi contoh kemanusiaan dan kebhinnekaan ini. Lebih daripada itu, menurt Pdt. Andri Purnawan yang juga mewakili Roemah Bhinneka, memberikan suatu renungan bahwa apa yang dilakukan oleh kedua orang tua Alm. Riyanto adalah mirip seperti Bunda Maria yang rela dan ikhlas bahwa Anaknya (Yesus Kristus) menyerahkan nyawa-Nya untuk orang lain.

Setelah bertemu dengan keluarga Alm. Riyanto, Iryanto Susilo mewakili rombongan dan Roemah Bhinneka juga memberikan santunan. Banyak harapan yang ingin dikerjakan setelah kunjungan ini. Gatot Seger Santoso selaku Ketua Perhimpunan INTI Jawa Timur misalnya mengatakan apabila perlu ada museum kemanusiaan Riyanto yang bisa menjadi ikon kota Mojokerto.

Senada dengan Gatot, Iryanto Susilo juga berharap bahwa perlu ada memori kolektif bersama yang dibangun dimulai dari masyarakat lokal hingga nasional bahwa Alm. Riyanto bukan hanya sebagai pahlawan nasional saja melainkan sebagai pahlawan dan simbol perlawanan terhadap intoleransi dan diskriminasi demi terwujudnya kemanusiaan dan kebhinnekaan. Tentu hal ini perlu melibatkan peran warga dan kehadiran negara pula.(Dim)


Sebelumnya Indry Trenggono : "Informasi Hoax Lebih Bahaya Dari Virus Corona"
Selanjutnya Hujan Deras Semalam,Akibatkan Debit Air Kali Jagir Meninggi
Menyalinkode AMP MenyalinHarap perbaharui berkas ads.txt anda dengan baris-baris MGID. mgid.com, 691335, DIRECT, d4c29acad76ce94f
[Menyalin] kode AMP